Biasanya suasana pergantian tahun selalu diwarnai dengan kemeriahan dan gegap gempita penuh harap. Tapi rupanya tak demikian dengan suasana Tahun Baru Hijriyah ini. Yang ada adalah suasana penuh keangkeran, wingit, mencekam dan beraroma klenik yang kental. Terutama wong Jowo.
Tahun baru Hijriyah selalu diwarnai dengan mitos seputar Nyi Roro Kidul, si Danyang Ratu Pantai Selatan. Lantas bermunculanlah pamali-pamali yang njelehi dan tak masuk akal, namun dipegang erat-erat oleh khalayak ramai yang konon cerdas, bagaikan 4 balon yang belum meletus di lagu Balonku Ada Lima.


Ha kok bisa begitu tho? Apa yang salah dari ajaran Tauhid? Kang Djigoer, salah seorang pembaca blog ini pernah menyampaikan satu teori konspirasi. Konon ada upaya menglenikkan semua unsur yang bernapaskan islam, sehingga nantinya Islam itu identik dengan dunia perdemitan yang hung liwang-liwung itu. Misalnya, ritual perawatan jenassah dalam Islam adalah dengan Pocong. Maka dibuatlah mitos-mitos tentang hantu pocong untuk mendiskreditkan tatacara perawatan jenasah tersebut. Itu kata kang Djigoer….
Yang jelas, memang ajaran Islam yang memerintahkan umatnya untuk beriman pada hal yang ghaib telah diselewengkan. Benihnya dari umat Islam sendiri, unsur diluar Islam hanya menyuburkan saja. Ghaib dipahami sebagai klenik… ini genah ngawur. Klenik itu takhayul, takhayul itu khayal, khayal itu fiktif, fiktif itu bukan fakta… tak pantas diyakini. Sementara hal yang ghaib yang harus diimani itu nyata, riil, dan keberadaannya pasti. Masyarakat bahkan tak mampu membedakan mana yang fiktif dan mana yang nyata-nyata ada.
Satu contoh lagi penglenikan yang njelehi adalah mitos malam Jum’at. Jum’at adalah sayidul ayyam. Rajanya hari, hari beribadahnya umat islam. Ha kok hari raya baik begitu malah diwarnai dengan cerita-cerita pating klenyit ra nggenah. Herannya umat Islam ngemplok bulet-bulet hal itu tanpa dicerna. Seakan ya memang begitulah keadaannya.
Kebodohan yang sudah masuk kategori jahil murokab itu seringkali malah didukung dengan kata-kata, “Itulah tradisi adiluhung, yang pantas dilestarikan, karena merupakan warisan peninggalan nenek moyang yang berharga.”
Di era kapitalisme seperti saat ini, tradisi klenik merupakan aset. Bisa meraup banyak dolar. Maka dibangkitkanlah kejahilan-kejahilan yang sudah terpendam, dimunculkan ke permukaan demi menarik doku dari sakunya turis nudis yang royal dollar. Dengan bangganya si anak pribumi bilang, “Inilah budaya luhur kami mister.”

Yang parah, di saat si bule bersatu padu dalam Uni Bule, si klenik berpecah belah dalam puluhan bahkan ratusan aliran, sekte, madzhab dan perguruan. Menunggu-nunggu ratu adil, satrio piningit, titisan Bung Karno, titisan Nyi Blorong, sambil komat-kamit semoga keadaan berubah mak grembyang dengan hanya duduk-duduk menanti kehadiran mereka.
Klenik selalu menyedihkan dan membodohi. Kebodohan adalah mangsa bagi si pinter. Selama umat Islam masih berkutat dengan klenik berkedok iman pada yang ghaib ini, maka mereka hanya akan menjadi santapan bagi pemangsanya. Ini sudah diramalkan oleh kanjeng Nabi.
Selamat Tahun Baru Hijriyah 1430. Semoga di tahun itu, klenik gak mendapat tempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar