4/07/2009

Sheikh Abdullah Azzam Bersama Kafilah Para Syuhada

Hudzaifah.org - "Sheikh Abdullah Azzam bukanlah orang biasa. Dia mewakili satu bangsa, satu Ummat. Tubuh Ummat ada di dalam dirinya. Setelah kematiannya, para muslimah sejauh ini gagal melahirkan seorang laki-laki yang mampu menggantikan Beliau".

[Usama bin Ladin, wawancara dengan TV Al-Jazeera, 1999] "Dialah yang bertanggung jawab membangkitkan kembali Jihad di abad 20 ini".

[Majalah Time] "Dia tidak hanya mewakili dirinya sendiri, melainkan seluruh Ummat. Ucapannya tidaklah seperti ucapan orang biasa. Sedikit bicaranya, namun kandungannya sangat dalam. Jika engkau menatap matanya, hatimu akan terpenuhi dengan iman dan cinta kepada Allah SWT".

[Ulama Mujahid asal Mekkah] " Tidak satupun Tanah Jihad di seluruh dunia, tidak seorangpun Mujahid yang berjuang di Jalan Allah, yang tidak terinspirasi oleh hidup, ajaran dan karya Sheikh Abdullah Azzam".

[Azzam Publications] " Pada dekade 1980-an, Syuhada Sheikh Abdullah Azzam mencetuskan satu kalimat yang maknanya bergaung di seluruh medan pertempuran Chechnya saat ini. Sheikh Abdullah Azzam Rahmatullah 'Alaihi menggambarkan bahwa Para Mujahid yang gugur dalam pertempuran bergabung bersama "Kafilah Para Syuhada".

Abdullah Yusuf Azzam lahir pada tahun 1941 di Desa Asba'ah Al-Hartiyeh, Propinsi Jiniin, Tanah Suci Palestina yang diduduki Israel. Beliau dibesarkan di sebuah rumah yang bersahaja dimana Beliau dididik agama Islam, ditanamkan kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya SAW, terhadap Mujahid yang berjuang di Jalan-Nya dan terhadap orang-orang yang shaleh yang mencintai kehidupan akhirat. Semasa masih kanak-kanak, Abdullah Azzam sangat menonjol di antara anak-anak lainnya. Beliau sudah mulai menyiarkan dakwah Islam semenjak masih sangat muda. Teman-teman sepergaulan mengenal Beliau sebagai seorang anak yang shaleh.

Beliau telah menunjukkan tanda-tanda yang luar biasa sejak muda dan guru-guru Beliau telah mengenali tanda-tanda ini sejak Beliau masih di Sekolah Dasar. Sheikh Abdullah Azzam dikenal karena ketekunan dan kesungguhannya bahkan sejak masih kecil, Beliau memperoleh pendidikan dasar dan menengah di desanya dan kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Pertanian Khadorri hingga memperoleh gelar. Meskipun Beliau yang termuda di antara teman-temannya, namun Beliau adalah yang terpandai dan terpintar. Setelah menamatkan pendidikannya di Khadorri Beliau bekerja sebagai guru di Desa Adder, Yordania Selatan. Kemudian Beliau menuntut ilmu di Fakultas Syariah, Universitas Damaskus Suriah hingga memperoleh gelar B.A. di bidang Syariah pada tahun 1966.

Ketika tentara Yahudi merebut Tepi Barat pada tahun 1967, Sheikh Abdullah Azzam memutuskan untuk pindah ke Yordania, karena Beliau tidak ingin hidup di Palestina yang berada di bawah pendudukan Yahudi. Melihat bagaimana tank-tank Israel maju memasuki Tepi Barat tanpa mendapatkan perlawanan yang berarti, menimbulkan perasaan bersalah dalam diri Beliau, sehingga membuat Beliau semakin mantap untuk hijrah dengan maksud agar dapat mempelajari ilmu perang.

Pada akhir dekade 1960-an, dari Yordania Beliau bergabung dalam Jihad menentang pendudukan Israel atas Palestina. Tidak lama kemudian Beliau pergi belajar ke Mesir dan memperoleh gelar Master dalam bidang Syariah di Universitas Al-Azhar, Kairo. Pada tahun 1970, setelah Jihad terhenti karena kekuatan PLO diusir keluar dari Yordania, Beliau menjadi dosen di Universitas Yordania di Amman. Setahun kemudian, tahun 1971, Beliau memperoleh beasiswa dari Universitas Al-Azhar dimana Beliau melanjutkan pendidikan S3 dan memperoleh gelar Ph.D dalam bidang Pokok-Pokok Hukum Islam (Ushul-Fiqh) tahun 1973. Selama di Mesir inilah Beliau mengenal keluarga Syuhada Sayyid Qutb (1906-1966). Sheikh Abdullah Azzam cukup lama turut serta dalam Jihad Palestina. Namun ada hal yang tidak disukainya, yaitu orang-orang yang terlibat di dalamnya sangat jauh dari Islam. Beliau menggambarkan bagaimana orang-orang ini berjaga-jaga sepanjang malam sambil bermain kartu dan mendengarkan musik, dan menganggap bahwa mereka sedang menunaikan Jihad untuk membebaskan Palestina. Sheikh Abdullah Azzam menyebutkan juga meskipun ada ribuan orang di basis-basis pemukiman, tetapi jumlah orang yang hadir untuk shalat berjama?ah bisa dihitung dengan satu tangan saja. Beliau berusaha mendorong mereka untuk menerapkan Islam sepenuhnya, namun mereka bertahan untuk menolak. Suatu hari Beliau bertanya kepada seorang "Mujahid" secara retoris, agama apa yang ada di belakang revolusi Palestina, "Mujahid" itu menjawab dengan jelas dan gamblang, "Revolusi ini tidak memiliki dasar agama apapun".

Habislah sudah kesabaran Abdullah Azzam. Beliau kemudian meninggalkan Palestina, pindah ke Saudi Arabia dan mengajar di berbagai universitas di sana.Saat Sheikh Abdullah Azzam menyadari bahwa hanya dengan kekuatan yang terorganisir Ummat ini bisa menggapai kemenangan, lalu Jihad dan senjata adalah kesibukan dan pengisi waktu luangnya.

"Jihad hanya dengan senjata. TIDAK dengan Negosiasi, TIDAK dengan Perundingan Damai, TIDAK dengan Dialog", kalimat tersebut menjadi semboyan Beliau. Beliau praktekkan apa yang selalu Beliau kumandangkan, sehingga membuat Beliau menjadi salah satu di antara orang Arab pertama yang bergabung dalam Jihad di Afghanistan melawan Uni Soviet yang komunis. Pada tahun 1980, ketika masih di Saudi Arabia, Abdullah Azzam memperoleh kesempatan berjumpa dengan satu delegasi Mujahidin Afghanistan yang datang untuk menunaikan ibadah Haji. Segera Beliau tertarik dengan kelompok ini dan ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai Jihad Afghanistan. Ketika dijabarkan kepadanya, Beliau merasa inilah yang sudah sejak lama sekali Beliau cari-cari.Beliau segera melepaskan jabatannya sebagai dosen di Universitas King Abdul-Aziz Jeddah Saudi Arabia, dan berangkat menuju Islamabad Pakistan supaya dapat ikut serta dalam Jihad. Beliau pindah ke Pakistan agar dapat lebih dekat dengan Jihad Afghanistan, dan di sanalah Beliau mengenal pemimpin-pemimpin Mujahidin. Saat-saat pertama berada di Pakistan, Beliau ditunjuk untuk memberikan kuliah di International Islamic University di Islamabad. Namun tidak lama hal ini berlangsung, karena Beliau memutuskan untuk meninggalkan universitas agar bisa mencurahkan seluruh waktu dan energinya untuk Jihad Afghanistan. Pada permulaan dekade 1980-an, Sheikh Abdullah Azzam langsung turun ke medan Jihad Afghanistan. Di Jihad inilah Beliau merasa puas bisa memenuhi kerinduan dan cinta yang tak terlukiskan untuk berjuang di Jalan Allah, persis seperti suatu kali Rasulullah SAW bersabda : "Berdiri satu jam dalam pertempuran di Jalan Allah lebih baik daripada berdiri menunaikan shalat selama enam puluh tahun".

Terinspirasi oleh Hadits ini, Sheikh Abdullah Azzam beserta keluarganya memutuskan pindah ke Pakistan agar lebih dekat dengan medan Jihad. Tidak lama setelah itu Beliau pindah lagi dari Islamabad ke Peshawar supaya bisa lebih dekat lagi dengan medan Jihad dan Syahid.Di Peshawar, bersama dengan Usama bin Ladin yang juga teman dekatnya, Sheikh Abdullah Azzam mendirikan Baitul-Anshar (Mujahideen Services Bureau atau Kantor Pelayanan Mujahidin) dengan tujuan untuk menawarkan semua bantuan yang memungkinkan bagi Jihad Afghanistan dan Para Mujahid dengan cara mengadakan dan me-manage berbagai proyek yang menunjang Jihad. Kantor ini juga menerima dan melatih para sukarelawan (Foreign Mujahideen) yang berbondong-bondong datang ke Pakistan untuk ikut serta dalam Jihad dan mengatur penempatan mereka di garis depan.

Dapat diduga, semua hal ini masih belum cukup memuaskan keinginan Sheikh Azzam yang menggebu-gebu berjihad. Keinginan inilah yang akhirnya membawanya pergi ke garis depan. Di medan pertempuran Sheikh Abdullah Azzam mengambil peranan dengan sikap ksatria dalam perjuangan yang penuh dengan pengorbanan yang besar. Di Afghanistan Beliau jarang menetap di suatu tempat. Beliau selalu berkeliling ke seluruh pelosok negeri mengunjungi hampir seluruh propinsi dan wilayah seperti Logar, Kandahar, Pegunungan Hindukush, Lembah Panshir, Kabul dan Jalalabad. Dalam kunjungan ini, Sheikh Abdullah Azzam menyaksikan secara langsung kepahlawanan orang-orang awam yang telah mengorbankan segala apa yang dimiliki termasuk jiwa mereka demi jayanya Dien Islam. Di Peshawar, setelah kembali dari berkeliling, Sheikh Azzam selalu berbicara tentang Jihad secara kontinyu. Beliau selalu berdo'a agar Para Komandan Mujahidin yang terpecah belah dapat bersatu padu. Beliau selalu mengundang orang-orang yang belum bergabung dalam pertempuran untuk memanggul senjata dan maju ke garis depan sebelum terlambat.

Abdullah Azzam sangat dipengaruhi oleh Jihad Afghanistan dan Beliaupun sangat besar pengaruhnya pada Jihad ini sejak Beliau mengabdikan diri sepenuhnya dalam perjuangan ini. Beliau menjadi salah satu tokoh yang paling menonjol dan berpengaruh bersama dengan pemimpin-pemimpin bangsa Afghanistan lainnya. Beliau tidak tanggung-tanggung mempromosikan perjuangan Afghanistan ke seluruh dunia, khususnya ke kalangan Ummat Islam. Beliau berkeliling dunia, menyampaikan panggilan kepada Kaum Muslimin untuk beraksi mempertahankan agama dan Tanah Muslim. Beliau menulis sejumlah buku tentang Jihad, seperti Join the Caravan, Signs of Ar-Rahman in the Jihad of the Afghan, Defence of the Muslim Lands dan Lovers of the Paradise Maidens. Bahkan Beliau turun langsung ke medan Jihad Afghanistan, meskipun usia Beliau telah lebih dari 40 tahun. Beliau menjelajahi Afghanistan, dari utara ke selatan, dari timur ke barat, menembus salju, mendaki pegunungan, di bawah panas terik matahari dan dingin yang membekukan tulang, dengan menunggang keledai maupun berjalan kaki. Banyak Pemuda yang bersama Beliau kelelahan, namun Sheikh Abdullah Azzam tidak. Beliau merubah pandangan Ummat Islam terhadap Jihad di Afghanistan dan menjadikan Jihad ini sebagai perjuangan yang Islami yang merupakan kewajiban seluruh Ummat Islam di dunia. Hasil dari usaha ini adalah Jihad Afghanistan menjadi universal dimana Ummat Islam dari seluruh dunia turut serta. Para Pejuang Muslim dari seluruh penjuru dunia secara sukarela berdatangan ke Afghanistan untuk memenuhi kewajiban Jihad dan membela Saudara-saudara Muslimin dan Muslimah mereka yang tertindas.

Kehidupan Sheikh Azzam berkisar hanya kepada satu tujuan, yakni menegakkan Hukum Allah di muka bumi ini, yang merupakan tanggung jawab yang pasti bagi setiap dan segenap Ummat Muslim. Dalam rangka melaksanakan tugas suci dalam hidup ini yaitu menegakkan kembali Khilafah Islamiyyah (negara yang berdasarkan pada hukum Islam), Sheikh Azzam mengkonsentrasikan kepada Jihad (perjuangan bersenjata untuk menegakkan Islam). Beliau berkeyakinan bahwa Jihad wajib dilaksanakan sampai Khilafah Islamiyyah ditegakkan sehingga cahaya Islam menerangi seluruh dunia.

Beliau juga menjaga dan memelihara keluarganya dengan semangat perjuangan yang sama, sehingga istrinya, sebagai contoh, aktif mengurus anak-anak yatim piatu dan aktif dalam berbagai tugas kemanusiaan di Afghanistan. Beliau menolak jabatan di beberapa universitas dengan menyatakan bahwa dirinya tidak akan pernah meninggalkan Jihad kecuali jika gugur di medan perang atau terbunuh. Beliau selalu menekankan kembali bahwa tujuannya yang terakhir adalah membebaskan Tanah Suci Palestina. Dalam hal ini Beliau menyatakan: "Saya tidak akan meninggalkan Tanah Jihad kecuali karena tiga hal. Pertama, saya terbunuh di Afghanistan. Kedua, saya terbunuh di Pakistan. Ketiga, saya diborgol dan diusir dari Pakistan"

Jihad di Afghanistan telah membuat Abdullah Azzam menjadi penyangga utama dalam gerakan Jihad di jaman modern sekarang. Dengan turun langsung dalam Jihad ini dan dengan mempromosikannya serta menjelaskan kendala-kendala yang menghambat gerakan Jihad, Beliau memiliki peranan yang sangat berarti dalam meluruskan pendapat Ummat Islam tentang Jihad dan perlunya menegakkan Jihad. Beliau menjadi panutan bagi generasi muda yang menyambut panggilan Jihad. Beliau amat mementingkan Jihad dan butuh akan Jihad. Sekali waktu Beliau berkata :"Saya merasa seolah-olah berumur 9 tahun. Tujuh setengah tahun dalam Jihad di Afghanistan dan satu setengah tahun dalam Jihad di Palestina. Sisa tahun lainnya tidak berarti sama sekali".

Dari atas mimbar Sheikh Azzam berulangkali menekankan keyakinannya : "Jihad tidak boleh ditinggalkan sampai hanya Allah SWT saja yang disembah. Jihad akan terus berlangsung sampai Kalimat Allah ditinggikan. Jihad sampai semua orang yang tertindas dibebaskan. Jihad untuk melindungi kehormatan kita dan merebut kembali Tanah kita yang dirampas. Jihad adalah Jalan untuk mencapai kejayaan abadi?.

Sejarah dan semua orang yang mengenal dekat Sheikh Abdullah Azzam mencatat keberanian Beliau dalam berbicara tentang kebenaran, dengan mengabaikan segala konsekuensi yang ada.Setiap saat Sheikh Abdullah Azzam mengingatkan seluruh Kaum Muslimin bahwa :"Ummat Islam tidak dapat dikalahkan oleh ummat lainnya. Kita Ummat Islam tidak akan dikalahkan oleh musuh-musuh kita, namun kita bisa dikalahkan oleh diri kita sendiri".

Sheikh Abdullah Azzam adalah contoh seorang yang berperilaku Islami dengan baik, dengan amal shalehnya, dengan ketaqwaannya kepada Allah SWT dan dengan kesederhanaannya dalam segala hal. Beliau tidak pernah mencemari hubungan baiknya dengan orang lain. Sheikh Azzam selalu mendengarkan pendapat Para Pemuda, Beliau amat disegani dan tidak terbersit sedikitpun rasa takut di dalam hatinya. Beliau selalu berpuasa selang seling hari seperti yang dilakukan Nabi Daud AS. Dan juga selalu menghimbau yang lainnya untuk berpuasa hari Senin dan Kamis. Sheikh Azzam adalah orang yang selalu berterus terang, tulus dan mulia. Beliau tidak pernah mencaci orang lain atau berbicara yang tidak baik mengenai orang lain.Satu saat sekelompok Muslim yang tidak puas di Peshawar mencap Sheikh Azzam sebagai kafir dan menuduhnya meminta uang dari Kaum Muslimin untuk dihambur-hamburkan. Ketika Sheikh Azzam mendengar hal ini, Beliau tidak mencari dan mendebat mereka, malah mengirimi mereka berbagai hadiah. Namun kelompok tersebut tetap saja mencaci maki, mengumpat dan memfitnah Beliau, dan Beliau terus saja mengirimi mereka hadiah lainnya. Bertahun-tahun kemudian, ketika akhirnya menyadari kesalahannya, mereka berkomentar :

"Demi Allah, kami belum pernah menemui seseorang seperti Sheikh Abdullah Azzam. Beliau tetap saja memberi kami uang walaupun kami selalu mengutuk dan mencaci Beliau"

Selama Jihad Afghanistan berlangsung, Beliau telah berhasil menyatukan berbagai kelompok Mujahidin dalam Jihad ini. Dan tentu saja kebanggaan Beliau terhadap Islam menimbulkan rasa benci di kalangan musuh agama, sehingga musuh membuat rencana untuk menghabisi nyawa Beliau. Pada November 1989, sejumlah bahan peledak TNT diletakkan di bawah mimbar dimana Beliau selalu menyampaikan khutbah setiap hari Jum?at. Demikian besar jumlah peledak tersebut sehingga seandainya meledak akan menghancurkan seluruh Masjid termasuk apa saja dan siapa saja yang ada di dalamnya. Ratusan Muslimin dapat terbunuh. Namun Allah memberikan perlindungan-Nya dan bom tersebut tidak meledak.

Musuh-musuhpun semakin berhasrat melaksanakan rencana gilanya. Mereka mencobanya sekali lagi di Peshawar, tidak lama berselang setelah kejadian tersebut. Ketika itulah Allah SWT berkehendak agar Sheikh Abdullah Azzam meninggalkan dunia ini menuju haribaan-Nya (kita berharap demikian Insya Allah). Dan Sheikh wafat dengan cara yang gemilang pada hari Jum'at 24 November 1989 pukul 12.30 siang.Musuh-musuh Allah meletakkan tiga bom di jalan yang sempit dimana hanya bisa dilewati satu mobil saja. Jalan tersebut adalah jalan yang biasa dilalui oleh Sheikh Abdullah Azzam untuk menunaikan shalat Jum'at. Pada hari Jum'at itu, Sheikh Azzam bersama dengan dua anaknya, Ibrahim dan Muhammad, serta salah seorang anak Syuhada Sheikh Tamim Adnani (salah seorang Pahlawan Jihad Afghanistan lainnya), melalui jalan tersebut. Mobil pun berhenti di mana bom yang pertama berada, dan Sheikh Azzam turun untuk meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki. Musuh-musuh yang sudah menanti segera memicu bom yang telah mereka persiapkan tersebut. Bunyi ledakan dahsyat mengguncang hebat terdengar di seluruh penjuru kota.

Orang-orang berhamburan keluar dari Masjid, dan menyaksikan pemandangan yang mengerikan. Hanya sedikit saja yang tersisa dari kendaraan yang hancur lebur. Tubuh anaknya yang kecil, Ibrahim, terlempar ke udara sejauh 100 meter, demikian pula dengan kedua anak lainnya, beterbangan pada jarak yang hampir sama. Potongan-potongan tubuh mereka tersebar di pohon-pohon dan kawat-kawat listrik. Sementara tubuh Syahid Sheikh Abdullah Azzam tersandar di dinding, tetap utuh dan tidak cacat sama sekali, kecuali sedikit darah terlihat mengalir dari mulut Beliau.

Ledakan itu telah mengakhiri perjalanan hidup Sheikh Abdullah Azzam di dunia, yang telah Beliau lalui dengan baik melalui perjuangan, daya upaya sepenuhnya, dan pertempuran di Jalan Allah SWT. Hal ini semakin menjamin kehidupannya yang sebenarnya dan abadi di Taman Surga -kita memohon kepada Allah demikian, dan menikmatinya bersama dengan teman-teman yang mulia yakni : "Dan barangsiapa yang mena?ati Allah dan Rasul-Nya mereka ini akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu : Para Rasul, Para Shiddiqiin, Orang-orang yang mati Syahid dan Orang-orang Shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya" [QS An-Nisaa:69]

Dengan cara seperti inilah Pahlawan Besar dan Penggerak Kebangkitan Islam meninggalkan medan Jihad dan dunia ini, dan tidak akan pernah kembali lagi. Beliau dimakamkan di Makam Para Syuhada Pabi di Peshawar Pakistan, dimana Beliau bergabung bersama-sama dengan ratusan Syuhada lainnya. Semoga Allah menerima Beliau sebagai Syuhada dan menganugerahinya tempat tertinggi di Surga. Pertempuran yang telah Beliau lalui dan telah Beliau perjuangkan tetap berlanjut melawan musuh-musuh Islam. Tidak satupun Tanah Jihad di seluruh dunia, tidak seorangpun Mujahid yang berjuang di Jalan Allah, yang tidak terinspirasi oleh hidup, ajaran dan karya Sheikh Abdullah Azzam Rahmatullah 'Alaihi.

Kita memohon kepada Allah SWT untuk menerima amal ibadah Beliau dan menempatkan Beliau di Surga Tertinggi. Kita memohon kepada Allah SWT untuk membangkitkan dari Ummat ini Ulama-Ulama lain sekaliber Beliau, yang menerapkan pengetahuannya di medan perjuangan, bukan hanya menyimpannya di dalam buku dan di dalam Masjid saja.Melalui biografi ini, kami merekam kejadian-kejadian dalam sejarah Islam selama sepuluh tahun terakhir dari tahun 1979 hingga 1989, dan akan terus berlanjut sebagaimana Sheikh Abdullah Azzam berkata :

"Sesungguhnya sejarah Islam tidaklah ditulis melainkan dengan darah Para Syuhada, dengan kisah Para Syuhada, dengan teladan Para Syuhada""Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai" [QS At-Taubah:32-33].

Buku-buku yg ditulis oleh Dr Abdullah Azzam diantaranya ialah ;
· Ayaturrahman fi jihadil Afghan
· Addifak 'an aradhil muslimin min ahammi furdhul 'iyan (mempertahankan Bumi Umat Islam - Fardhu Ain yg terpenting)
· Akidah dan Kesannya dlm Membentuk Masyarakat
· Adab/Tatatertib dan Hukum-hukum dalam Jihad
· Islam dan masa Depan Kemanusian
· Menara Api yg Hilang
· Hukum berjuang/beramal dlm berjamaah

Sejak Abdullah Azzam syahid, Maktab Khidmat al Mujahidin (terletak di Peshawar) mengumpulkan berbagai petikan khutbah dan ceramahnya kemudian dibukukan sehingga mencapai 50 judul, diantaranya;

· seri Tarbiyah Jihadiyah Wal Bina' yg mencapai 26 jilid,
· Hijrah dan I'dad 3 juz/jilid.
· Fi Zhilali Suratti Taubah 2 Juz.
· Fiqh dan Ijtihad dlm Jihad 3 jilid
· Perkataan-perkataan dari Garisan Api pertama 3 jilid
· Dibawah Gelora peperangan 4 jilid
· Pengajaran dari Sirah Rasulullah SAW
· Keruntuhan Khilafah dan Pembinaan kembali

Judul-judul di atas adalah merupakan buku-buku yg penting saja sedangkan di sana terdapat berpuluh-puluh lagi buku-buku karangan As-syahid dan buku2 yg ditulis mengenainya.

Sumber : Unknown

Orisinil in english : www.azzam.com

http://www.hudzaifah.org/Article350.phtml

3/27/2009

Terima Kasih Musuh.....!!!!

Engkau mengajariku bagaimana mendengar kritik yang pedas tanpa harus merasa galau. Engkau mengajariku bagaimana harus terus melangkah di jalan yang telah kutempuh tanpa ragu, meski kadang aku harus mendengar kata-kata yang kurang pantas atau tidak layak. Sungguh, ini adalah pelajaran yang sangat berharga. Pelajaran yang tidak bisa didapatkan secara teori, bahkan oleh seseorang yang telah berupaya dan berupaya. Sampai kemudian Allah mendatangkan orang lain sebagai pelatih, yang memaksa meneguk pil pahit untuk pertama kalinya, agar terbiasa untuk selanjutnya.

Terima kasih, musuh...!

Engkaulah penyebab lahirnya pendisiplinan diri; agar diri tidak hanyut oleh pujian para pemuji. Sungguh, Allah menjadikanmu sebagai penyeimbang. Agar, seseorang tidak tertipu oleh pujian, atau sanjungan orang yang berlebihan, atau ujub yang tidak pada tempatnya, dari para pengagum yang hanya melihat kebaikan dan kebaikan belaka. Berbeda dengan engkau! Engkau tidak melihat kecuali dari sisi lain. Atau, engkau sejatinya melihat kebaikan tapi engkau buat ia menjadi buruk.


Terima kasih, musuh...!

Engkau telah mencela lisan-lisan pembela kebenaran, menyerangnya, juga menentangnya, yang karenanya mengobarkan sikap pembelaan yang hebat.

Jika bukan karena nyala api yang membakarnya
Aroma harum kayu gaharu takkan ada yang tahu

Terima kasih, terima kasih! Engkau mempunyai kelebihan –sekalipun tidak engkau inginkan– dalam menciptakan iklim keseimbangan, juga obyektifitas sebuah pemikiran. Kadang, manusia meletakkan al-haq melampaui kadarnya. Dan engkau, menjadi penyebab ditegakkannya keseimbangan. Penyebab adanya evaluasi dan perbaikan. Maka, janganlah engkau diperbudak kemarahan atas sebab penolakanmu. Sebab seseorang, jika kepentingan telah masuk, tak dapat lagi melihat dan berpikir jernih. Yang tersisa hanya menolak dan menentang. Tak ada lagi ketenangan dan kehati-hatiaan dalam dirinya. Tak ada lagi kecermatan dalam memandang pendapat orang yang berbeda dengannya. Padahal, boleh jadi yang berbeda itu benar, meski hanya sedikit.

Terima kasih, musuh...!

Sungguh, Engkau telah mengasah semangat, menciptakan tantangan, membuka arena, dan menggelar kompetisi. Hingga setiap orang benar-benar terobsesi memenangkan dirinya, berambisi meningkatkan dirinya, tuk meraih kedudukan yang tinggi nan utama. Ya, berlomba adalah sunnah syar’iyah, adalah ketentuan Rabbani. Bukankah Allah berfirman, "Maka, pada yang demikian itu hendaklah manusia mau berlomba."

Tentu, kemuliaan sebuah perlombaan, didasarkan pada tata-cara yang mulia, tujuan yang benar, media yang sehat, serta rongga yang bersih.

Terima kasih, musuh...!

Engkaulah yang menempa kami untuk berlatih bersabar, berlatih tabah dalam menghadapi cobaan, dan berlatih membalas keburukan dengan kebaikan sekaligus penolakan.

Terima kasih, musuh...!

Ya, timbangan kebaikan seseorang kelak, kadang bukan buah dari amal shalih yang ia lakukan. Tetapi, ia buah dari kesabaran, buah dari bersikap baik, buah dari ridha atas ketentuan-Nya, buah dari bersikap memaafkan...

Musuhku..., aku sadar betul bahwa sebagian dari kata-kata ini membuatmu tidak berkenan, atau bahkan terasa menyesakkan hati. Tapi, sungguh saya tidak bermaksud membuatmu begitu. Sejujurnya saya katakan, engkau adalah teman sejati. Engkau adalah saudaraku seagama, sekalipun terdapat perbedaan pendapat di antara kita. Kalau saja kita mau melihat titik persamaan, cukup banyak yang bisa kita temukan.

oleh : Imam samudera



http://thufailalghifari.multiply.com/reviews/item/175

1/16/2009

“Abi, Aku Sekarat”

Abi, aku sekarat.”
Kalimat ini terus bergema di telinga Kamal Awaga bersamaan dengan sakit hati yang ia rasakan.
Ini adalah kalimat terakhir yang diucapkan anaknya, Ibrahim yang berumur 9 tahun, sebelum ia akhirnya menjadi syahid (Insya Allah) akibat serangan biadab Israel.
“Mereka membunuh putraku dengan tangan dingin,” ungkap Kamal dalam keadaan yang terguncang menghadapi kematian anaknya yang tragis. Ibrahim akhirnya menambah jumlah korban jiwa anak-anak Gaza yang dibunuh Israel, menjadi lebih dari 350 nyawa sejak 27 Desember silam.

Jika yang lain menjadi korban peluru-peluru yang membabi buta atau bombardir yang dilakukan zionis Israel laknatullah, nasib Ibrahim lebih tragis dari mereka.
Ia menjadi bahan percobaan yang digunakan regu cadangan tentara Israel laknatullah.
“Israel sama sekali tidak menunjukkan belas kasihan kepada dia yang tidak berdosa,” tambah Kamal yang saat itu masih berada di RS. Al-Shifa, mengurus jenazah putranya. “Mereka tidak memiliki rasa kasihan untuk tubuhnya yang kecil.”


Hari yang Cerah

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya di benak keluarga Kamal Awaga bahwa mereka akan mengalami nasib yang tragis.
Mereka bangun tiap paginya untuk menghadapi hari yang cerah, bukan untuk terkunci dalam sebuah ruang kecil untuk menghindari bom-bom Israel.

“Ibu, biarkan aku sarapan di luar, di kebun kita.

Aku bosan tinggal dalam ruang sempit ini,” ujar Ibu Ibrahim yang mengulangi perkataan anaknya.


Satu jam kemudian, sebuah meja diletakkan di kebun mereka dan satu keluarga itu berharap dapat menikmati sarapan kali ini dengan sempurna, momen yang jarang mereka temui. Mereka berusaha acuh terhadap keadaan sekitar, mereka tidak memperhatikan dari jauh apakah misil-misil Israel menargetkan rumah mereka.
Sebuah misil pertama menghancurkan acara mereka setelah itu misil-misil lainnya menghancurkan rumah mereka.

“Abi, aku sekarat,” ujar Ibrahim saat itu dengan luka-luka di sekujur tubuhnya. Cepat pergi,” ujar Kamal Awaga kepada istri dan dua anaknya sambil menggendong tubuh Ibrahim. Tetapi, belum sampai ke gerbang rumah, peluru menghujani keberadaan mereka.
Satu peluru mengenai lengan Ibu Ibrahim dan satu peluru lainnya mengenai pinggang Kamal Awaga. Dua saudara Ibrahim bersembunyi di balik puing-puing reruntuhan rumah mereka.


Praktek Menembak

Ketika hujan peluru telah selesai, keluarga Awaga berfikir kesengsaraan mereka Selesai. Tetapi tentara zionis Israel tidak selesai sampai di siru.
“Tentara Israel semakin mendekat, aku fikir, aku akan menjadi target mereka,” ujar Awaga. “Tetapi ternyata mereka mengarahkan senjatanya ke anakku, Ibrahim,” lanjutnya
mengulang kejadian pahit yang ia alami dengan bulir-bulir air mata di matanya.
Seorang tentara biadab datang mendekati tubuh Ibrahim, memutar tubuh Ibrahim dengan kakinya sambil tertawa setelah itu menembakkan senjatanya ke arah kepala Ibrahim.


Beberapa waktu kemudian, Kamal mencoba menenangkan dirinya setelah menyaksikan kebiadaban Israel terhadap tubuh putranya. “Setiap peluru yang ditembakkan, mereka iringi dengan nyanyian yang aku tidak mengerti maksudnya. Namun itu seperti merayakan sesuatu.” Saat mereka merasa telah cukup melakukan “latihan”, mereka meninggalkan rumah Kamal. Empat hari keluarga Awaga terperangkap hingga akhirnya tim medis berhasil mencari jalan untuk menyelamatkan keluarga itu dan membawanya ke rumah sakit. “Apakah yang mereka lakukan, layak untuk putraku?” ujarnya dengan terisak.
(Hanin Mazaya/arrahmah.com)

Mengapa Yahudi Mengincar Anak-anak Palestina?

Terjawab sudah mengapa agresi militer Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza. Seperti yang diketahui, setelah lewat dua minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari 900 orang lebih. Hampir setengah darinya adalah anak-anak. Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan belaka.

Sebulan lalu, sesuai Ramadhan 1429 Hijriah, Khaled Misyal, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz Alquran. Anak-anak yang sudah hafal 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. "Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?" demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi.


Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghafal Alquran. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan Alquran. Tak ada main video-game atau mainan-mainan bagi mereka. Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia. Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghafal Quran itu telah syahid.(Prince Muhammad/eramuslim)


sumber : http://arrahmah.com/index.php/news/read/3051/mengapa-yahudi-mengincar-bocah-bocah-palestina

Tak perlu tembak, Patahkan leher Mereka..!!

"Kami sedang patroli di Rafah. Tidak ada anjing-anjing di jalanan, yang ada hanya seorang bocah kecil tengah bermain dengan pasir. Dia sedang membuat rumah dari pasir. Teman kami mulai membidikkan senjatanya, tapi komandan kami melarang dan berkata, 'Jangan, dia hanya anak-anak. Tidak perlu ditembak. Patahkan saja leher atau tulang rusuknya.
Lalu kami hampiri dia dan mematahkan tulang-tulangnya. Kami pergi meninggalkan anak itu'.

Disebabkan media-media besar dunia, juga nyaris seluruh kantor berita internasional, dikuasai jaringan Zionis Internasional, maka kekejaman dan kebiadaban tentara Zionis-Israel tidak diketahui banyak orang. Termasuk bagaimana cara dan perasaan para tentara penjajah ini saat menyiksa warga Palestina, baik itu bayi dan anak-anak kecil, para gadis dan para Muslimah, dan sebagainya.

Sebuah foto dimuat dalam situs Kavkazcenter.com. Situs perjuangan Mujahidin Checnya misalnya pernah merilis sebuah foto yang sangat menyesakkan dada di mana seorang Muslimah Palestina sedang dikeroyok oleh tak kurang tiga tentara Israel dan tangan si Muslimah tersebut tengah berada dalam gigitan anjing besar yang dibawa tentara Zionis tersebut.


Bagaimanakah perasaan kita bila sang Muslimah Palestina tersebut adalah ibu kita? Isteri kita? Anak kita? Atau saudara kita? Rakyat Palestina setiap hari senantiasa berada dalam siksaan dan sasaran tembak tentara-tentara Zionis tersebut.

Terkait dengan hal itu, Harian Observer memuat kesaksian seorang psikolog Klinik Universitas Hebrew bernama Nufar Yishai-Karin. Psikolog Yahudi ini memeriksa dan mewawancarai delapan belas tentara Zionis-Israel yang banyak bertugas di daerah pendudukan.

Ternyata Mereka banyak yang mengaku senang bisa menyiksa orang-orang Arab tersebut, ujarnya.

Beberapa jawaban yang disampaikan tentara Zionis kepada Psikolog Yahudi tersebut sungguh-sungguh memperlihatkan bahwa mereka memang bukan manusia, tapi babi dan kera yang berwujud manusia. Inilah sebagian kutipannya:

"(Menyiksa mereka) seperti minum anggur yang lezat"

"Jika saya tidak ditugaskan ke Rafah atau daerah di mana banyak orang Palestinanya dan tidak menyiksa mereka, sepekan saja, maka saya merasakan badan ini kurang sehat".

Beberapa tentara Israel bahkan mengakui bahwa menyiksa orang Palestina merupakan bagian dari keimanan mereka.

"Kamu akan merasa kamu adalah hukum itu sendiri. Kamu adalah hukum. Kamu bebas untuk berbuat apa saja, bahkan terhadap anak-anak kecil dan tentu saja perempuan muda..."

"Kami adalah Tuhan, yang bisa berbuat apa saja terhadap mereka"!

"Saya pernah melakukan yang amat saya suka. Seorang pemuda Palestina saya tendang kemaluannya. Saya pecahkan, hingga dia tidak akan pernah punya anak".


Seorang tentara Israel lainnya dengan bangga bercerita bagaimana dia menyiksa seorang Muslimah Palestina, "Saya pukul wajahnya dengan gagang senjata ini hingga hancur dan dia tidak bisa lagi meludahi saya sampai kapan pun"

Yang lain berkata, "Kami sedang patroli di Rafah. Tidak ada anjing-anjing di jalanan, yang ada hanya seorang bocah kecil tengah bermain dengan pasir. Dia sedang membuat rumah dari pasir. Teman kami mulai membidikkan senjatanya, tapi komandan kami melarang dan berkata, ?Jangan, dia hanya anak-anak. Tidak perlu ditembak. Patahkan saja leher atau tulang rusuknya. Lalu kami hampiri dia dan mematahkan tulang-tulangnya. Kami pergi meninggalkan anak itu. (dakta)
sumber : http://swaramuslim.net/berita/more.php?id=5714_0_12_0_M