4/30/2008

Sebelum mengeluh.....














Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik,
Pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali.

Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu,
Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum kamu mengeluh tidak punya apa-apa,
Pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan.

Sebelum kamu mengeluh bahwa nasib kamu buruk,
Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk didalam hidupnya.

Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istri anda,
Pikirkan tentang seseorang yang terus memohon kepada Allah Ta'ala untuk diberikan pendamping hidup.

Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu,
Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat

Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu,
Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul

Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya,
Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan.

Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir,
Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan

Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu,
Pikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda.

Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain,
Ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.

Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan,
Tersenyum dan bersyukurlah kepada Allah Ta'ala bahwa kamu masih hidup


Note :
Cintai orang lain dengan perkataan dan perbuatanmu.
Cinta diciptakan tidak untuk disimpan atau disembunyikan.
Anda tidak mencintai seseorang karena dia cantik atau tampan,
Mereka cantik atau tampan karena anda mencintainya.

It’s true you don’t know what you’ve got until it’s gone, but it’s also true You don’t know what you’ve been missing until it arrives !!!

harapan, masih adakah,,?

Ada 4 lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh.
Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka

Yang pertama berkata: “Aku adalah keindahan." "Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!”
Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam. Yang kedua berkata: “Aku adalah Kasih Sayang.” “Sayang aku tak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: ”Aku adalah Cinta.”
“Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.”
“Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.” “Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya. “ Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga…
Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar,
dan melihat ketiga lilin telah padam.
Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Eh, apa yang terjadi??
Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”

Lalu ia menangis tersedu-sedu.
Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:
"Jangan takut, janganlah menangis,
selama aku masih ada dan menyala,
kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga lilin lainnya."

"Akulah harapan “
Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan,
lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah harapan.
yang ada dalam hati kita…. dan masing-masing kita
semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut,
yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali
Keindahan, Kasih Sayang dan Cinta dengan harapan-Nya…


Note :
Harapanlah yang membuat orang untuk lebih baik lagi,
dimasa sekarang dan masa yang akan datang.
Jadi jangan padamkan semangat dan harapanmu untuk hidup yang lebih baik…

sahabat sejati















Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah.

Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama

karenanya…

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya.

Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur, disakiti, diperhatikan, dikecewakan, didengar, diabaikan, dibantu, ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.

Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.

Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya.

Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.

"Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri"
"Dalam masa kesuksesan, teman-teman mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman-teman kita"
Ingatlah kapan terakhir kali Anda berada dalam kesulitan.

Siapa yang berada di samping Anda..??
Siapa yang mengasihi Anda saat Anda merasa tidak dicintai...??
Siapa yang ingin bersama Anda saat Anda tak bisa memberikan apa-apa...??

''MEREKALAH SAHABAT ANDA''

Hargai dan peliharalah selalu persahabatan Anda dengan mereka

4/28/2008

Bertengkar Dengan Indah


Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Buat yang Udah Nikah, Mau Nikah, Punya Niat Untuk Nikah

Sebarkan kepada orang2 yang anda kenal…….. mudah-mudahan bermanfaat.

Bertengkar adalah fenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan berumah tangga, kalau ada seseorang berkata: “Saya tidak pernah bertengkar dengan isteri saya !” Kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristeri, atau ia tengah berdusta.

Yang jelas kita perlu menikmati saat-saat bertengkar itu, sebagaimana lebih menikmati lagi saat saat tidak bertengkar. Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja dihantarkan dalam muatan emosi tingkat tinggi.

Kalau tahu etikanya, dalam bertengkarpun kita bisa mereguk hikmah, betapa tidak, justru dalam pertengkaran, setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yang mencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan pesannya terasa kental, lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi.

Tulisan ini murni non politik, jadi tolong jangan tergesa-gesa membacanya.

Bacalah dengan sabar, lalu renungi dengan baik, setelah itu… terapkan dalam keseharian kita……. setuju ??

Suatu ketika seseorang berbincang dengan orang yang akan menjadi teman hidupnya, dan salah satunya bertanya; apakah ia bersedia berbagi masa depan dengannya, dan jawabannya tepat seperti yang diharap.Mereka mulai membicarakan : seperti apa suasana rumah tangga ke depan. Salah satu diantaranya adalah tentang apa yang harus dilakukan kala mereka bertengkar. Dari beberapa perbincangan hingga waktu yang mematangkannya, tibalah mereka pada sebuah Memorandum ofUnderstanding, bahwa kalaupun harus bertengkar, maka :

1. Kalau bertengkar tidak boleh berjama’ah

Cukup seorang saja yang marah-marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama’ah, seorangpun sudah cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan saya mau menyela, segera ia berkata “STOP” ini giliran saya ! Saya harus diam sambil istighfar. Sambil menahan senyum saya berkata dalam hati :
“kamu makin cantik kalau marah, makin energik …”

Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal sholeh, telah menjadi jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi… “duh kekasih .. bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka dipadang kelegaan perasaanmu itu aku menunggu ….”. Pokoknya khusus untuk marah, memang tidak harus berjama’ah, sebab ada sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan secara berjama’ah selain marah (Sholat 5 waktu -red )

2. Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan pernah ungkit masa lalu kita/dirinya

Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah. Siapapun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita perlu menjaga harapan dan bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran di antara orang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah foreplay, sedang pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan peradaban cinta yang telah sedemikian mahal dibangunnya.

Kalau saya terlambat pulang dan ia marah,maka kemarahan atas keterlambatan itu sekeras apapun kecamannya, adalah “ungkapan rindu yang keras”. Tapi bila itu dikaitkan dgn seluruh keterlambatan saya, minggu lalu,awal bulan kemarin dan dua bulan lalu, maka itu membuat saya terpuruk jatuh.

Bila teh yang disajinya tidak manis (saya termasuk penimbun gula), sepedas apapun saya marah,maka itu adalah “harapan ingin disayangi lebih tinggi”. Tapi kalau itu dihubungkan dgn kesalahannya kemarin dan tiga hari lewat, plus tuduhan “Sudah tidak suka lagi ya dengan saya”, maka saya telah menjepitnya dengan hari yang telah pergi, saya menguburnya di masa lalu, ups....! saya telah membunuhnya, membunuh cintanya.

Padahal kalau cintanya mati, saya juga yang susah … OK, marahlah tapi untuk kesalahan saat ini saja, saya tidak hidup di minggu lalu, dan ia pun milik hari ini …..

3. Kalau marah jangan bawa-bawa keluarga

Saya dengan isteri saya terikat baru beberapa waktu, tapi saya dengan ibu dan bapak saya hampir berkali lipat lebih panjang dari itu, demikian juga ia dan kakak serta pamannya. Dan konsep Quran, seseorang itu tidak menanggung kesalahan pihak lain.
"(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)." (QS. An-Najm: 38-40).

Saya tidak akan terpantik marah bila cuma saya yang dimarahi, tapi kalau ibu saya diajak serta, jangan coba-coba. Begitupun dia, semenjak saya menikahinya, saya telah belajar mengabaikan siapapun di dunia ini selain dia, karenanya mengapa harus bawa bawa barang lain ke kancah “awal cinta yang panas ini”.

Kata ayah saya : “Teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak.”

Memarahi orang yang mencintai saya, lebih mudah dicari maafnya dari pada ngambek pada yang tidak mengenal hati dan diri saya..”. Dunia sudah diambang pertempuran, tidak usah ditambah tambah dengan memusuhi mertua!

4. Kalau marah jangan di depan anak-anak

Anak kita adalah buah cinta kasih, bukan buah kemarahan dan kebencian. Dia tidak lahir lewat pertengkaran kita, karena itu, mengapa mereka harus menonton komedi liar rumah kita. Anak yang melihat orang tuanya bertengkar, bingung harus memihak siapa. Membela ayah, bagaimana ibunya. Membela ibu, tapi itu ‘kan bapak saya.

Ketika anak mendengar ayah ibunya bertengkar :
  • Ibu : “Saya ini cape, saya bersihkan rumah, saya masak, dan kamu datang main suruh begitu, emang saya ini babu ?!!!”
  • Bapak : “Saya juga cape, kerja seharian, kamu minta ini dan itu dan aku harus mencari lebih banyak untuk itu, saya datang hormatmu tak ada, emang saya ini kuda....????!!!!
  • Anak : “…… Yaaa … ibu saya babu, bapak saya kuda …. terus saya ini apa ?”
Kita harus berani berkata : “Hentikan pertengkaran !” ketika anak datang, lihat mata mereka, dalam binarannya ada rindu dan kebersamaan. Pada tawanya ada jejak kerjasama kita yang romantis, haruskah ia mendengar kata bahasa hati kita ???

5. Kalau marah jangan lebih dari satu waktu shalat

Pada setiap tahiyyat dalam shalat kita berkata : “Assalaa-mu ‘alaynaa wa ‘alaa’ibaadilahissholiihiin” Ya Allah damai atas kami, demikian juga atas hamba hambamu yg shalih ….
Nah, andai setelah salam kita cemberut lagi, setelah salam kita tatap isteri kita dengan amarah, maka kita telah mendustai -Nya, padahal nyawamu ditangan-Nya.

OK, marahlah sepuasnya kala senja, tapi habis maghrib harus terbukti lho itu janji dengan Ilahi …. Marahlah habis shubuh, tapi jangan lewat waktu dzuhur, Atau maghrib sebatas isya … Atau habis isya sebatas….??? mmmh .. Ah kayaknya kita sepakat kalau habis isya sebaiknya memang tidak bertengkar …

6. Kalau kita saling mencinta, kita harus saling mema’afkan

Tapi yang jelas memang begitu, selama ada cinta, bertengkar hanyalah “proses belajar untuk mencintai lebih intens” Ternyata ada yang masih setia dengan kita walau telah kita maki-maki.

semoga tulisan yang sedikit ini bisa bermanfa’at bagi teman-teman yang membacanya


Wassalam

what it's love..????















Someone told me….
Love is when you close your eyes, you see her radiant body and it excites you
You dream soo much of her, you start taking sleeping pills and acting like a fool
The perfume of her hair, her sweet smell lingers wherever you happen to go
Her beauty seems to increase day by day; it is more stunning than the moonlight glow
Those hard strong, passionate feelings are hard to describe
That burning desire increases everyday and every night
Everyday that passes by you become restless
Your thirst for her is at its peak, you wonder if it will start to decrease
You will smile for no reason, for no reason at all
You will make yourself cry because of wanting her soo bad
Her voice when she sings makes you hypnotized
Every breath that you take, you think of her, it cannot be denied
Am I in love I hear you ask….
Yes, because…..
Every time I close my eyes I see myself amongst the people in Jannah rejoicing
I keep dreaming of myself praising my lord while my soul is in a green bird, flying
The only scent I love is the sweet smell of my blood that gushes out when I attack the enemy
The beauty of my sword can out do everything in the world I have seen
The strong feelings I have are also hard to describe
The burning desire to defeat the kuffar increases every night
I get restless as I wait, because I am a man of action
I am starving to destroy those pagans with both my hands and guns
I smile continuously because I am doing the peak of Islam
I cry out of fear of my lord and not to be misguided by the world
The mesmerizing and charming voice of my bride in Jannah is what I hear time to time
Telling me to carry on doing what I am in love with and assuring everything will be fine
What am I in love with? I hear you say
Isn't it obvious my dear brother?
It's the best thing, jihad in Allah's way!

from someone

4/25/2008

a letter to my love....

Sebuah surat yang benar-benar mempresentasikan apa yang saya rasa selama ini........

Sebenarnya surat ini ingin kukirimkan kepadamu wahai engkau yang mampu melumpuhkan hatiku. Surat ini ingin
kuselipkan dalam satu kehidupanmu, namun aku hanya lelaki yang tak memiliki keberanian dalam mengungkapkan semua percikan-percikan rasa yang terjadi dalam hatiku. Aku hanya dia yang engkau anggap tidak lebih, aku hanya merasa seperti itu.














Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarukatuh

Wahai engkau yang melumpuhkan hatiku.........

Tak terasa sudah beberapa tahun aku mengenal kamu. Seiring berjalannya waktu, tumbuhlah perasaan terpendam itu. Rasa yang ingin segera kuselesaikan tanpa harus mengorbankan perasaan aku atau dirimu. Seperti yang engkau tahu, aku selalu berusaha menjauh darimu, aku selalu berusaha tidak acuh padamu. Saat di depanmu, aku ingin tetap berlaku dengan normal walau perlu usaha untuk mencapainya.

Tahukah engkau wahai yang mampu melumpuhkan hatiku? Entah mengapa aku dengan mudah berkata “cinta” kepada mereka yang tak kucintai namun kepadamu, lisan ini seolah terkunci. Dan aku merasa beruntung untuk tidak pernah berkata bahwa aku benar-benar mencintaimu, walau aku teramat sakit saat mengetahui bahwa aku bukanlah mereka yang engkau cintai walaupun itu hanya sebagian dari prasangkaku. Jika boleh aku beralasan, mungkin aku cuma takut engkau akan menjadi “illah” bagiku, karena itu aku mencoba untuk mengurung rasa itu jauh ke dalam, mendorong lagi, dan lagi hingga yang terjadi adalah tolakan-tolakan dan lonjakan yang membuatku semakin tidak mengerti.

Sakit hatiku memang saat prasangkaku berbicara bahwa engkau mencintai dia dan tak ada aku dalam kamus cintamu, sakit memang, sakit terasa dan begitu amat perih. Namun 1000 kali rasa itu lebih baik saat aku mengerti bahwa senyummu adalah sesuatu yang berarti bagiku. Ketentramanmu adalah buah cinta yang amat teramat mendekap hatiku, dan aku mengerti bahwa aku harus mengalah.

Wahai engkau yang melumpuhkan hatiku, andai aku boleh berdoa kepada Rabb, mungkin aku ingin meminta agar Dia membalikkan sang waktu agar aku mampu mengedit saat-saat pertemuan itu hingga tak ada tatapan pertama itu yang membuat hati ini terus mengingatmu. Jarang aku memandang wanita, namun satu pandangan saja mampu meluluhkan bahkan melumpuhkan hati ini. Andai aku buta, tentu itu lebih baik daripada harus kembali lumpuh seperti ini.

Banyak lembaran buku yang telah kutelusuri, banyak teman yang telah kumintai pendapat. Sebahagian mendorongku untuk mengakhiri segala prasangkaku tentangmu tentang dia karena sebahagian prasangka adalah suatu kesalahan, mereka memintaku untuk membuka tabir lisan ini juga untuk menutup semua rasa prasangkamu terhadapku. Namun di titik yang lain ada dorongan yang begitu kuat untuk tetap menahan rasa yang terlalu awal yang telah tertancap dihati ini dan membukanya saat waktu yang indah yang telah ditentukan itu (andai itu bukan suatu mimpi).

Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, mungkin aku bukanlah pejantan tangguh yang siap untuk segera
menikah denganmu. Masih banyak sisi lain hidup ini yang harus ku kelola dan kutata kembali. Juga kamu wahai yang telah melumpuhkan hatiku, kamu yang dengan halus menolak diriku menurut prasangkaku dengan alasan belum saatnya memikirkan itu. Sungguh aku tidak ingin menanggung beban ini yang akan berujung ke sebuah kefatalan kelak jika hati ini tak mampu kutata, juga aku tidak ingin BERPACARAN denganmu.

Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, mungkin saat ini hatiku milikmu, namun tak akan kuberikan setitik pun saat-saat ini karena aku telah bertekad dalam diriku bahwa saat-saat indahku hanya akan kuberikan kepada BIDADARI-ku. Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, tolong bantu aku untuk meraih BIDADARI-ku bila dia bukanmu.

Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, tahukah kamu betapa saat-saat inilah yang paling kutakutkan dalam diriku, jika saja Dia tidak menganugerahi aku dengan setitik rasa malu, tentu aku telah meminangmu bukan sebagai istriku namun sebagai kekasihku. Andai rasa malu itu tidak pernah ada, tentu aku tidak berusaha menjauhimu. Kadang aku bingung, apakah penjauhan ini merupakan jalan yang terbaik yang berarti harus mengorbankan ukhuwah diantara kita atau harus mengorbankan iman dan maluku hanya demi hal yang tampak sepele yang demikian itu.

Aku yang tidak mengerti diriku…

Ingin ku meminta kepadamu, sudikah engkau menungguku hingga aku siap dengan tegak meminangmu dan kau pun siap dengan pinanganku? Namun wahai yang telah melumpuhkan hatiku, kadang aku berpikir semua pasti berlalu dan aku merasa saat-saat ini pun akan segera berlalu, tetapi ada ketakutan dalam diriku bila aku melupakanmu... aku takut tak akan pernah lagi menemukan dirimu dalam diri mereka-mereka yang lain.

Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, ijinkan aku menutup surat ini dan biarkan waktu berbicara tentang takdir antara kita. Mungkin nanti saat dimana mungkin kau telah menimang cucu-mu dan aku juga demikian, mungkin kita akan saling tersenyum bersama mengingat kisah kita ini. Atau mungkin saat kita ditakdirkan untuk merajut jalan menuju keindahan sebahagian dari iman, kita akan tersenyum bersama betapa akhirnya kita berbuka setelah menahan perih rindu yang begitu mengguncang.

Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, mintalah kepada Rabb-mu, Rabb-ku, dan Rabb semua manusia akhir yang terbaik terhadap kisah kita. Memintalah kepada-Nya agar iman yang tipis ini mampu bertahan, memintalah kepada-Nya agar tetap menetapkan malu ini pada tempatnya.

Wahai engkau yang sekarang kucintai, semoga hal yang terjadi ini bukanlah sebuah DOSA.........

Wassalam warahmatullahi wabarukatuhu


Ditulis oleh: Muhammad Baiquni, dengan sedikit perubahan

4/19/2008

Kisah Pohon Apel

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya." Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu." Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" "Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi denganku," kata pohon apel. "Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?" "Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah." Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu. "Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel. "Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu. "Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. "Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu." "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak rekan. Dan yang terpenting: cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

4/14/2008

Detik-detik Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menjelang sakratul maut

Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.

Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap shahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.

"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua shahabat kala itu.Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.

Saat itu, seluruh shahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril.

Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi



Ya Rasulullah salam untuk Engkau dari ku
Ya Rasulullah aku tidak pantas bersanding dengan Engkau di surga.....
Tapi aku tidak akan kuat menahan panas api neraka
Aku hanya bisa MALU atas amal-amal ibadah ku
MALU sedalam-dalam nya MALU
Tidak punya malu jika aku mengharap syafa'at dari engkau
Tapi hanya itu yang bisa ku lakukan
Aku hanya bisa mengharap syafa'at engkau



Salam sejahtera untuk engkau YA RASULULLAH

dari ku :

Hamba Allah yang berlumur DOSA

Renungan

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000 apabila dibawa ke masjid untuk disumbangkan; tetapi betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa lamanya melayani Allah selama lima belas menit namun betapa singkatnya kalau kita melihat film.
betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan) namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar / teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra namun kita mengeluh ketika khotbah di masjid lebih lama sedikit daripada biasa. Betapa sulitnya untuk membaca satu lembar Al-Qur’an tapi betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser namun lebih senang berada di shaf paling belakang ketika berada di Masjid

Betapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 30 hari ketika berpuasa.

Betapa sulitnya untuk menyediakan waktu untuk sholat 5 waktu; namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saat terakhir untuk event yangmenyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam Al-Qur’an; namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci Al-Quran.

Betapa setiap orang ingin masuk surga seandainya tidak perlu untuk percaya atau berpikir, atau mengatakan apa-apa, atau berbuat apa-apa.

4/12/2008

Sebatang pohon di dalam hati

















Tahun laksana sebatang pohon, bulan adalah rantingnya, hari adalah tangkainya, jam adalah daunnya, tarikan nafas adalah buahnya, barangsiapa tarikan nafasnya dalam ketaatan maka buah dari pohon itu adalah buah yang baik. Dan barangsiapa tarikan nafasnya dalam kemaksiatan maka buahnya pahit. Dan waktu panen adalah pada hari akhirat. Dan pada saat panen akan tampak jelas manis atau pahit buah yang dihasilkan

Ikhlas dan tauhid laksana sebatang pohon dalam hati. Tangkainya adalah amal, buahnya adalah kebaikan hidup di dunia dan kenikmatan abadi di akhirat, sebagaimana halnya buah-buahan surga tidak akan terputus dan tidak akan terhalang mengambilnya. Demikian pula buah dari tauhid dan ikhlas di dunia juga seperti itu.

Syirik, dusta dan riya’ ibarat sebatang pohon dalam hati, buahnya di dunia adalah rasa takut, risau, galau, sempit dada dan gelap hati. Buahnya di akhirat adalah zaqqum dan adzab yang kekal abadi.

Sesungguhnya merupakan buah keikhlasan yang sempurna bagi Allah semata adalah meninggalkan syahwat karena Allah. Dan apabila selamat dari adzab Allah dan beruntung mendapat rahmat-Nya merupakan anugerah Allah. Perbendaharaan kebaikan, kelezatan bersama Allah, kerinduan kepada-Nya, bergembira dan berbahagia dengan-Nya tidak akan didapat oleh hati yang di dalamnya terdapat sesuatu yang lain selain Allah. Jika anugerah Allah itu adalah ibadah, zuhud dan ilmu, maka Allah Ta'ala tidak suka menjadikan anugerah-Nya dalam hati yang di dalamnya terdapat sesuatu yang lain selain-Nya, dan keinginan-Nya selain terkait dengan selain Allah. Sesungguhnya Allah meletakkan anugerahnya tersebut dalam hati yang memandang sebuah kefakiran akan menjadi kaya bersama Allah, dan kekayaan akan menjadi fakir tanpa Allah. Kehormatan menjadi kehinaan tanpa-Nya dan kehinaan menjadi kemuliaan bersama-Nya. Kenikmatan menjadi azab tanpa-Nya dan adzab menjadi kenikmatan bersama-Nya.

(Ibnul Qayyim dalam kitab Al-Fawaaid)

Karakteristik bidadari-bidadari jannah

 

Duhai peminang bidadari cantik
Berhasrat mendampinginya di surga Al-Hayawaan
Andaikan engkau tahu siapa yang engkau pinang
Dan siapa yang engkau inginkan
Niscaya engkau akan berusaha mengumpulkan keimanan
Atau engkau sadari dimanakah tempat tinggalnya
Niscaya engkau jadikan usaha meraihnya selalu di hadapan mata
Bersegera dan teruslah berusaha dengan sungguh-sungguh
Sesungguhnya kesempatanmu hanyalah sebentar saja
Bergembira dan ceritakanlah pertemuan itu kepada jiwamu
Dan usahakanlah maharnya selama masih memungkinkan
Jadikanlah puasamu sebagai waktu pertemuan dengannya
Dan hari pertemuan adalah hari berbuka pada bulan Ramadhan
Jadikanlah paras kecantikannya sebagai pendorong semangat
Berjalanlah menuju kekasih dan janganlah berlambat-lambat
Dengarkanlah karakteristik dan pertemuan dengannya
Dan jadikanlah bicaramu bicara yang baik-baik
Hai orang yang tawaf di sekitar Ka’bah yang indah
Yang dikelilingi dengan batu itu dan rukun-rukun
Senantiasa bersa’i di bukit Shafa
Lembah muhassir adalah tempat tujuannya setiap saat
Bergegas berjalan untuk sampai ke Mina
Masjid Al-Khaif menghalanginya untuk mendekat
Oleh karena itu engkau lihat ia senantiasa memakai ihram
Tempat tahallulnya tidaklah dekat darinya
Ia menghendaki tamattu’ dengan ketulusan cinta
Mengharapkan pemberi syafaat yang selalu menyertai
Ia mendatangi jamrah-jamrah dengan melemparkan hatinya
Itulah manasik hajinya di setiap zaman
Manusia telah menunaikan manasik mereka
Telah menaiki kendaraan mereka untuk pulang ke kampung halaman
Engkau mengarahkan keinginan dan tekad mereka
Menuju tempat-tempat persinggahan wahai pemilik kebaikan
Engkau memancangkan panji-panji pertemuan di tengah jalan
Bersungguh-sungguhlah hai pemalas yang merugi
Dari jauh mereka melihat kemah-kemah yang terpancang
Cahaya dan petunjuk yang bersinar terang
Mereka bergegas mendatangi kemah-kemah itu
Dan berkumpul bersama bidadari-bidadari sepanjang malam
Bidadari yang sopan menundukkan pandangannya
Yang tidak mengharapkan kekasih lain kecuali pasangannya
Mereka menundukkan pandangan karena kecantikan mereka
Pandangan yang memancarkan rasa kedamaian
Anugerah kecantikan yang membuat mata terpana
Yang membuat siapa saja terheran-heran
Dan bergumam setelah menyaksikan kecantikannya
Maha suci Allah yang telah memberikan kecantikan dan kebaikan
Pandangan mata mereguk minuman dari gelas kecantikannya
Engkau melihatnya seolah peminum yang sedang mabuk kasmaran
Sungguh sempurna fisik dan kecantikannya
Seperti bulan purnama pada malam keenam setelah delapan malam (malam keempat belas)

(Ibnul Qayyim dalam kitab Al-Kaafiyah Asy-Syaafiyah)

4/10/2008

a letter to my self

Assalamu’alaikum wr wb?

Udah pernah dapet surat cinta yang isinya kayak gini belum?
Kalau belum, ya udah disimak & ambil ibrahnya. Kalau udah,
mudah2an lebih terpatri di hati & manfaat ya.

Bismillahirrhmaanirrahiim…

Surat ini kutujukan untuk diriku sendiri serta saudara-
saudariku yang Insya Allah tetap mencintai Allah dan
rasul-Nya di atas segalanya, karena hanya
cinta itu yang dapat mengalahkan segalanya, cinta hakiki yang
membuat manusia melihat segalanya dari sudut pandang yang
berbeda, lebih bermakna
dan indah.

Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati saudara/i-ku yang
kerap kali terisi oleh cinta selain-Nya, yg mudah sekali
terlena oleh indahnya dunia, yang terkadang melakukan
segalanya bukan karena-Nya, lalu di ruang hatinya yang kelam
merasa senang jika dilihat dan dipuji orang, entah di mana
keikhlasan. Maka saat ini kurasakan kekecewaan dan kelelahan
karena yang kulakukan tidak sepenuhnya berlandaskan
keikhlasan, padahal Allah tidak pernah menanyakan hasil. Dia
akan melihat kesungguhan dalam berproses.

Surat ini kutujukan pula untuk jiwaku serta jiwa saudara/i-ku
yang mulai lelah menapaki jalan-Nya ketika seringkali
mengeluh, merasa terbebani bahkan terpaksa untuk menjalankan
tugas yang sangat mulia. Padahal tiada kesakitan, kelelahan,
serta kepayahan yang dirasakan oleh seorang hamba melainkan
Allah akan mengampuni dosa-dosanya.

Surat ini kutujukan untuk ruh-ku dan ruh saudara/i-ku yang
mulai terkikis oleh dunia yg menipu, serta membiarkan
fitrahnya tertutup oleh maksiat yang
dinikmati, lalu di manakah kejujuran diletakkan?? Dan kini
terabaikan sudah secara nurani yang bersih, saat ibadah
hanyalah rutinitas belaka, saat fisik dan pikiran disibukkan
oleh dunia, saat wajah menampakkan kebahagiaan yang semu, coba
lihat hatimu menangis, tertawa dan merana??

Surat ini kutujukan untuk diriku dan diri saudara/i-ku yang
sombong, yang terkadang bangga pada dirinya sendiri. Sungguh
tiada satupun yang membuat kita lebih dihadapan-Nya selain
ketakwaan. Padahal kita menyadari bahwa tiap-tiap jiwa akan
merasakan mati, namun kita masih bergulat terus dengan
kefanaan.

Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati saudara/i-ku yang
mulai mati, saat tiada getar ketika asma Allah disebut, saat
tiada sesal ketika kebaikan terlewatkan begitu saja, dan saat
tiada rasa dosa ketika menzhalimi diri dan saudaranya.

Akhirnya surat ini kutujukan untuk jiwa yang masih memiliki
cahaya meskipun sedikit, jangan biarkan cahaya itu padam. Maka
terus kumpulkan cahaya itu
hingga ia dapat menerangi wajah-wajah di sekeliling,
memberikan keindahan Islam yang sesungguhnya hanya dengan
kekuatan dari-Nya.

“Adakah hari-hari yang mungkin aku bisa lari dari maut,
hari yang ditentukan, dan yang tidak ditentukan.
Hari yang tidak ditetapkan,
akupun tak gentar dan hari yang ditentukan-pun
aku tak kuasa menghindarinya.
Ku katakan padanya, ia telah terbang bertabur bintang.
Dari para syuhada yang gugur yang tak kau pedulikan.
Maka sesungguhnya engkau walau meminta penundaan
meski sehari atas ajal yang ditetapkan padamu,
tentu ia takkan mau karena itu bersabarlah saat menghadapi kematian
karena mengharapkan keabadian adalah sesuatu yang mustahil.”

(Disenandungkan oleh Ali bin Abi Thalib kala mengahadapi
musuh-musuhnya).

NB : Semoga bisa membangkitkan iman yang sedang mati atau
‘jalan ditempat’, berdiam diri tanpa ada sesuatu amalan-pun
yang dapat dikerjakan. It works for me… and i hope same as you…

Kembalikan semangat itu saudaraku….. Ada Allah dan
orang-orang beriman yang selalu menemani di kala hati “lelah”.

“Ya.. Allah yang maha membolak-balikkan hati, tetapkan hati ini
pada agama-MU, pada taat kepada-Mu dan da’wah di jalan-Mu”

Ditulis dalam rangkaian mutiara pada 9: 41 am oleh Yasrif

Wallahu’alam bishowab

temukan aku dengan kekasih yang mencintai-Mu

Ya Allah... Saat aku menyukai seseorang
Ingatkanlah aku bahwa akan ada sebuah akhir
Sehingga aku tetap bersama yang tak pernah berakhir

Ya Allah... Saat aku merindukan seorang kekasih
Rindukanlah aku pada yang rindu Cinta Sejati-Mu
Agar kerinduanku terhadap-Mu semakin menjadi

Ya Allah... Aku hendak mencintai seseorang
Temukanlah aku dengan orang yang mencintai-Mu
Agar betambah kuat cintaku kepada-Mu

Ya Allah... Ketika aku sedang jatuh cinta
Jagalah cinta itu agar tidak melebihi cintaku pada-Mu

Ya Allah... Ketika aku berucap aku cinta padamu
Biarlah kukatakan kepada yang hatinya tertaut pada-Mu
Agar aku tidak jatuh dalam cinta yang bukan karena-Mu

http://www.geocities.com/by_ibnoe/puisi.htm