12/31/2008

Hollywood dan Zionisme

Pemikiran untuk membentuk sebuah kota harapan sejak lama telah berkembang di kalangan para cendikiawan dan pemikir. Utopia-nya Plato, “Kota Cahaya Mentari”-nya Farabi, dan “Surga Dunia”-nya Thomas Moore, adalah di antara kota-kota harapan itu. Dalam agama-agama samawi, juga terdapat kepercayaan tentang akan datangnya seorang penyelamat ke dunia. Penyelamat itu akan membebaskan dunia dari kemalangan dan kegelapan. Dia akan membawa keadilan, keamanan, kebajikan, dan ilmu pengetahuan untuk semua manusia. Tetapi, siapakah penyelamat tersebut dan bagaimanakah situasi kemunculannya?

Zaman ketika munculnya penyelamat dunia itu disebut sebagai “Akhir Zaman” atau apocalypse. Namun, setiap agama dan mazhab mempunyai istilah dan definisi masing-masing mengenai hal ini. Apocalypse merupakan sebuah kepercayaan bersama manusia mengenai berakhirnya dunia materi ini.

Dalam terminologi ini, diyakini bahwa alam materi mempunyai awal dan akhir. Alam materi dimulai dari waktu yang telah ditetapkan dan berakhir pada masa yang telah ditentukan pula.

Dengan demikian, keyakinan atas masa akhir zaman atau apocalypse ini merupakan satu jawaban atas pertanyaan manusia yang tidak ada habisnya mengenai masa depan dunia. Pada akhir zaman itu, rahasia tujuan penciptaan alam dan manusia akan terbuka.

Psikolog terkenal Carl Gustav Jung, pernah mengungkapkan tentang adanya pengetahuan yang dimiliki semua manusia sejak sebelum dia dilahirkan. Pengetahuan ini membentuk pola-pola perilaku yang berdasarkan kepada insting yang diistilahkan sebagai archetype. Karena itulah manusia memiliki citra primordial sebagaimana yang ditemukan dalam mitos-mitos. Di sebagian besar mitos-mitos kuno manusia, disebutkan tentang akan terjadinya peperangan besar antara Sang Penyelamat dan kekuatan jahat. Peperangan itu akan berakhir dengan kemenangan bagi Sang Penyelamat dan para sahabatnya. Kemudian, umat manusia akan menyaksikan terwujudnya kota yang mereka impikan.

Pada acara ini, kami tidak berniat untuk membahas secara lebih terperinci mengenai kepercayaan berbagai bangsa dan agama mengenai akan datangnya penyelamat dunia. Kami ingin mengajak Anda untuk meninjau film-film Hollywood yang bertema akhir zaman dan kedatangan penyelamat.


Dalam film-film Hollywood banyak digambarkan tentang adanya technological apocalypse, yaitu di masa depan manusia akan menciptakan manusia buatan dan manusia buatan ini akan menyerang manusia ciptaan Tuhan. Film dengan tema seperti ini ialah “Dr. Frankenstein”, “Terminator-2″, dan “Matrix”. Pada film ini, manusia asli kalah dari manusia ciptaannya sendiri. Kemudian, datanglah penyelamat yang biasanya adalah seorang manusia yang pintar dan berani.

Selain akibat serangan teknologi, film-film Hollywood juga menggambarkan bahwa akhir zaman diakibatkan oleh bencana alam. Natural apocalypse ini bisa berupa datangnya badai, banjir, gempa bumi, kebakaran, atau bertabrakannya bumi dengan planet lain. Di samping itu, Hollywood pun menciptakan makhluk khayalan yang akan menghancurkan umat manusia. Misalnya, raksasa yang lahir akibat intervensi manusia terhadap alam atau akibat rekayasa genetik yang dilakukan manusia. Film-film seperti ini di antaranya berjudul, “Deep Impact”, “Armageddon”, “Water World”, “Godzilla”, dan “Jurassic Park”.

Karya khayalan Hollywood lainnya mengenai akhir zaman adalah akan datangnya makhluk jahat, yang disebut sebagai apocalypse mithological. Dalam film seperti ini, dikisahkan bahwa Sang Penyelamat dan sahabatnya melakukan perjalanan ke dunia mitos dan mengalahkan makhluk jahat dalam dunia mitos itu dengan kekuatan sakti. Contoh film seperti ini ialah The Mummy, The Mummy Returns, King Scorpion dan Wishmaster.

Sciencefictional apocalypse merupakan sekelompok film Hollywood yang mengambarkan dunia masa depan yang dipenuhi oleh percampuran antara khayalan dan realitas. Dalam film-film seperti ini, kekuatan jahat digambarkan dalam bentuk makhluk luar angkasa yang mengancam kehidupan manusia di planet bumi. Penyelamat dalam film ini memiliki pengetahuan teknologi dan metafisika. Setelah berperang dengan makhluk luar angkasa itu, Sang Penyelamat akhirnya berhasil membebaskan umat manusia di muka bumi. Film-film seperti ini, antara lain bejudul Alien, Independence Day, The Fifth Element, dan Star Wars.

Religious apocalypse merupakan kategori film Hollywood yang terpenting untuk kita bicarakan pada kesempatan ini. Film-film seperti ini biasanya menggambarkan bahwa kekuatan jahat berbentuk sebuah sosok yang anti agama, seperti setan, anti-Kristen, atau kekuatan jahat yang pada zaman dulu dipenjarakan, namun kemudian kabur dan kembali datang ke tengah umat manusia. Penyelamat dalam kisah-kisah seperti ini adalah seorang tokoh ruhani, seperti pendeta atau orang suci. Dia melawan kekuatan jahat dengan iman, keberanian, dan pengorbanan. Film-film dalam kategori ini antara lain berjudul, “Exorcist 1 dan 2″, “The Omen 3″ dan “End of Days”.

Secara umum, kita bisa menangkap bahwa para penentu kebijakan di Hollywood tengah membawa satu misi tertentu dengan menciptakan film-film seperti yang telah kaum uraikan tadi. Tujuan pertama dari misi Hollywood ini adalah untuk memanipulasi rasa ingin tahu alami manusia mengenai masa depan dan dengan demikian, membuat para investor film menjadi lebih kaya.

Tujuan kedua ialah menyebarluaskan paham apocalypse yang sesuai dengan pandangan Hollywood serta berlandaskan kepada ajaran Taurat dan pemikiran Zionis. Tujuan ketiga ialah untuk mengasosiasikan antara kejahatan dengan dunia Timur dan negara-negara Islam. Dengan kata lain, Hollywood berusaha menyebarkan opini bahwa bangsa yang jahat adalah bangsa-bangsa Timur dan bangsa penyelamat adalah bangsa Barat.

Poin yang menarik dalam hal ini adalah bahwa film-film Hollywood berusaha membesar-besarkan kejadian tragedi di masa depan dan menimbulkan ketakutan di tengah manusia. Tragedi tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga para pemirsa menyetujui semua ide dan jalan penyelesaian yang ditawarkan oleh para sutradara film. Dari sini, kita bisa menangkap adanya proses penggunaan film-film untuk menyeret opini masyarakat dunia tentang akan terjadinya perang di masa depan antara Barat dan Timur.

Hall Lindsey, seorang penulis buku “Bumi, Planet Besar Penuh Rahmat”, pernah menulis tentang apocalyse. Ia berkata, “Sebelum orang-orang Yahudi berhasil membentuk sebuah negara, tidak ada satupun di dunia ini yang berjalan dengan baik. Kini, ketika negara Israel telah terbentuk, segala hal berjalan sesuai dengan yang telah diramalkan. Hal ini bisa terjadi karena pusat kekuasaan dunia adalah politik. Kini, percaturan politik dunia berporos di Timur Tengah, khususnya di Israel. Oleh karena itu, seluruh bangsa dunia akan ikut merasakan kesulitan dan kesengsaraan atas segala hal yang terjadi di sana, dan di sanalah mereka akan bertempur.”

Ucapan Lindsey ini sepertinya telah diadopsi oleh film-film Hollywood. Sejak puluhan tahun yang lalu, ide-ide zionisme telah masuk ke dalam kancah perfilman Barat. Film berjudul “Birth of a Nation” karya D.W Griffith merupakan pelopor film-film mengenai pemberantasan manusia non-Yahudi. Film ini dibuat tahun 1915 dan sepanjang film itu dipenuhi tayangan pembunuhan. Di dalam film ini, bangsa yang lebih mulia, yaitu Yahudi, digambarkan dibenci oleh bangsa lain. Di akhir film, diceritakan bahwa kelompok Ku Klux Klan merupakan penyelamat kulit putih. Kelompok itu berhasil membasmi musuh mereka, yaitu orang-orang kulit hitam.

Dalam menyikapi penjajahan Zionis di Palestina, Hollywood memproduksi film-film yang bertujuan untuk menjustifikasi penjajahan tersebut, dengan menceritakan tentang sejarah Yahudi. Misalnya, film “Ben Hur “dan “The Ten Commandments”. Orang-orang Zionis telah menanamkan investasi yang besar dalam pembuatan film-film seperti ini. Kritikus film terkenal dan penulis sejarah perfilman, Eric Rhode, mengomentari bahwa film-film tersebut tidak begitu sesuai dengan isi kitab suci. Menurutnya, para sutradara film itu mengakui bahwa sesungguhnya film-film tersebut dibuat untuk mengambil keuntungan dari reaksi orang-orang Kristen.

Film Independence Day yang diproduksi pada tahun 1996, menceritakan bahwa di suatu masa, semua komputer melaporkan adanya sebuah pesawat ruang angkasa yang menghampiri bumi. Seorang pakar komputer melakukan penelitian terhadap sinyal-sinyal yang ditangkap dari pesawat ruang angkasa itu dan memberikan analisis metode untuk menghancurkannya. Akhirnya, makhluk angkasa yang melakukan serangan ke bumi itu berhasil dikalahkan lewat kecanggihan alat komputer, tepat pada hari kemerdekaan Amerika Serikat.

Dalam film yang dipenuhi dengan simbol-simbol Yahudi ini, Amerika dan Zionis diperkenalkan sebagai penyelamat manusia. Amerika diperkenalkan sebagai bangsa dan negara yang terbaik. Penekanan terhadap perang akhir zaman dan kemenangan Yahudi ini diungkapkan dalam dialog seorang pakar komputer dalam film tersebut, “Sejauh yang aku ketahui, akhir dunia telah mendekat dan aku merasa senang.”

Pada tahun 2000, sebuah film berjudul “Matrix” telah diproduksi dan mendapat sambutan hangat dari para pemirsa di seluruh dunia. Diceritakan dalam film ini, pada tahun 2199, kehidupan manusia telah menyerupai robot buatan komputer. Saat itu, telah diciptakan inteligensia buatan yang dimasukkan dalam tubuh manusia dan disambungkan lewat pipa ke dalam otak. Akibatnya, kehidupan manusia saat itu diatur oleh mesin. Namun, ada seseorang yang menolak kehidupan seperti ini dan melakukan perlawanan. Orang tersebut, yang bernama Neo, kemudian berhasil menyelamatkan manusia dari cengkeraman mesin.

Film Matrix dipenuhi dengan lambang dan tanda Yahudi. Dalam film ini, manusia direkomendasikan untuk mencari perlindungan ke sebuah tempat bernama Zion, yang merupakan nama sebuah bukit di Baitul Maqdis. Tokoh Neo, yang artinya “baru”, digambarkan sebagai sang penyelamat masa depan dan menjadi pemimpin di bumi Zionis.

Menyusul film Matrix, diproduksi film lanjutan yang berjudul “Matrix Reloaded”. Dalam film ini digambarkan bahwa umat manusia telah diserang oleh mesin dan mereka kemudian mencari perlindungan di kota bawah tanah. Neo hanya memiliki waktu 72 jam untuk mengalahkan makhluk tidak berperi kemanusiaan itu lewat petunjuk seorang peramal. Dalam film ini, para penonton diajak untuk menanti tanah air yang ditunggu-tunggu dan masa depan mereka. Sang peramal dalam film Matrix kedua ini, bernama Oracle dan berasal dari Yunani kuno. Dia memperlihatkan simbol nabi-nabi sebelum Isa Al-Masih dan menyampaikan ajaran-ajaran Yahudi di kitab “Old Testament”. Dia membimbing Neo untuk berperang dengan mesin dan meramalkan apa yang akan terjadi di masa mendatang.

Saudara pendengar, demikianlah pembahasan secara sepintas tentang infiltrasi Zionisme dalam film-film Hollywood. Sebelum mengakhiri acara ini, kami ingin mengutip sebuah ayat Al-Quran dalam surat Al-Anbiya ayat 105, yang artinya, “Sesungguhnya bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba- Ku yang saleh.”

Artinya, sesungguhnya, masa depan dunia akan berada di tangan orang-orang yang saleh, bukan di tangan bangsa Zionis yang bertahun-tahun menzalimi rakyat Palestina, melakukan pembunuhan massal, dan menyebabkan ribuan manusia menjadi pengungsi. Justru sebaliknya, merekalah yang kelak akan menerima hukuman atas kejahatan mereka, sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah.

sumber: http://secretsocieties.wordpress.com/

12/22/2008

Misteri Malam Satu Suro.....,

Seminggu lagi kita masuk bulan Muharram. Wong Jowo bilang bulan Suro, gara-gara ilat ndeso tak mampu melafalkan istilah Arab dengan benar. Dinamai Suro karena di bulan Muharram ada satu hari yang bersejarah, yakni tanggal 10 Muharram. Tanggal ke Sepuluh bahasa Arabnya ‘Asyuro. Maka untuk menandai bulan ini, wong Jowo menamainya dengan nama sasi (bulan) Suro.

Biasanya suasana pergantian tahun selalu diwarnai dengan kemeriahan dan gegap gempita penuh harap. Tapi rupanya tak demikian dengan suasana Tahun Baru Hijriyah ini. Yang ada adalah suasana penuh keangkeran, wingit, mencekam dan beraroma klenik yang kental. Terutama wong Jowo.

Tahun baru Hijriyah selalu diwarnai dengan mitos seputar Nyi Roro Kidul, si Danyang Ratu Pantai Selatan. Lantas bermunculanlah pamali-pamali yang njelehi dan tak masuk akal, namun dipegang erat-erat oleh khalayak ramai yang konon cerdas, bagaikan 4 balon yang belum meletus di lagu Balonku Ada Lima.

Di Solo tahun baru Hijriyah diwarnai dengan Parade Thawaf Kebo Bule Kyai Slamet, yang telah ditunggu fans beratnya dari kalangan manusia berotak kerbau yang histeris untuk minta tanda tangan rebutan tahinya yang konon ampuh buat mengusir penyakit, termasuk plu manuk. Simbah jadi heran, kalo yang namanya bule kok mesti dipuji-puji lho. Dari orangnya, pemikiran, budaya bahkan sampai kepada kebonya pun dielu-elukan bak berhala. Bener-bener bulemania.

Di satu daerah di tlatah Wonogiri, ada satu goa yang saat malam satu Suro ribuan manusia berjejal buat ngalap berkah di goa wingit itu. Di Gunung Lawu, puluhan ribu manusia meramaikan lereng gunung Lawu, buat ngalap berkah di satu sendang keramat yang ada di sana. Wis, pokokmen. Pokoknya yang namanya demit, jin iprit, setan alas kobar, danyang, tuyul, banaspati, dan segala makhluk-makhluk alien dari negeri klenik, malam itu berpesta pora merayakan malam tahun Baru Islam dengan dipuja-puji oleh muslimin yang konon bertauhid hanya menyembah Allah Yang Esa.

Ha kok bisa begitu tho? Apa yang salah dari ajaran Tauhid? Kang Djigoer, salah seorang pembaca blog ini pernah menyampaikan satu teori konspirasi. Konon ada upaya menglenikkan semua unsur yang bernapaskan islam, sehingga nantinya Islam itu identik dengan dunia perdemitan yang hung liwang-liwung itu. Misalnya, ritual perawatan jenassah dalam Islam adalah dengan Pocong. Maka dibuatlah mitos-mitos tentang hantu pocong untuk mendiskreditkan tatacara perawatan jenasah tersebut. Itu kata kang Djigoer….

Yang jelas, memang ajaran Islam yang memerintahkan umatnya untuk beriman pada hal yang ghaib telah diselewengkan. Benihnya dari umat Islam sendiri, unsur diluar Islam hanya menyuburkan saja. Ghaib dipahami sebagai klenik… ini genah ngawur. Klenik itu takhayul, takhayul itu khayal, khayal itu fiktif, fiktif itu bukan fakta… tak pantas diyakini. Sementara hal yang ghaib yang harus diimani itu nyata, riil, dan keberadaannya pasti. Masyarakat bahkan tak mampu membedakan mana yang fiktif dan mana yang nyata-nyata ada.

Satu contoh lagi penglenikan yang njelehi adalah mitos malam Jum’at. Jum’at adalah sayidul ayyam. Rajanya hari, hari beribadahnya umat islam. Ha kok hari raya baik begitu malah diwarnai dengan cerita-cerita pating klenyit ra nggenah. Herannya umat Islam ngemplok bulet-bulet hal itu tanpa dicerna. Seakan ya memang begitulah keadaannya.

Kebodohan yang sudah masuk kategori jahil murokab itu seringkali malah didukung dengan kata-kata, “Itulah tradisi adiluhung, yang pantas dilestarikan, karena merupakan warisan peninggalan nenek moyang yang berharga.”

Di era kapitalisme seperti saat ini, tradisi klenik merupakan aset. Bisa meraup banyak dolar. Maka dibangkitkanlah kejahilan-kejahilan yang sudah terpendam, dimunculkan ke permukaan demi menarik doku dari sakunya turis nudis yang royal dollar. Dengan bangganya si anak pribumi bilang, “Inilah budaya luhur kami mister.”

Di saat bangsanya si bule bangun dari terlelapnya di dunia gelap mereka, bangsa ini malah kembali terlelap di dunia gelap masa lalunya yang klenik. Si bule sudah asyik ngelus-elus rudal berkepla nuklir, si klenik masih asyik njamasi pusaka Keris kyai Gemblung, dimandiin, dikasih minyak wangi takut si keris ngamuk kalo gak dimandiin. Si bule telah menjelajah melanglang angkasa, si klenik masih asyik ngoprek kubur, nyuri kafan, makan daging mayit, maling iket pocong… dlsb.

Yang parah, di saat si bule bersatu padu dalam Uni Bule, si klenik berpecah belah dalam puluhan bahkan ratusan aliran, sekte, madzhab dan perguruan. Menunggu-nunggu ratu adil, satrio piningit, titisan Bung Karno, titisan Nyi Blorong, sambil komat-kamit semoga keadaan berubah mak grembyang dengan hanya duduk-duduk menanti kehadiran mereka.

Klenik selalu menyedihkan dan membodohi. Kebodohan adalah mangsa bagi si pinter. Selama umat Islam masih berkutat dengan klenik berkedok iman pada yang ghaib ini, maka mereka hanya akan menjadi santapan bagi pemangsanya. Ini sudah diramalkan oleh kanjeng Nabi.

Selamat Tahun Baru Hijriyah 1430. Semoga di tahun itu, klenik gak mendapat tempat.

12/01/2008

Awan Berbentuk Lafal Allah di Atas Rumah Amrozy dan Ustad Mukhlas


Redaksi Muslimdaily menerima kiriman foto dari seorang pentakziyah yang menghadiri pemakaman As Syshid Amrozy dan Ustad Mukhlas. Dalam foto yang diambil dari depan rumah Hj. Tariyem ibunda Ustad Mukhlas dan Amrozy menggunakan kemera handphone tersebut memperlihatkan awan yang membentuk lafalz Allah.

Kejadian ini muncul setelah ketiga burung besar menghilang. Kemudian langit yang saat itu terang benderang tiba-tiba berubah menjadi mendung dan para pentakziyah mulai menunjuk-nunjuk langit di atas, melihat awan yang membentuk lafal Allah tersebut.

Reporter Muslimdaily tidak sempat mengambil gambar kejadian tesebut karena lokasinya terletak diatas rumah yang kami tempati, jadi terhalang genteng rumah. Namun anggota TPM bapak Achmad Michdan yang setelah menyolatkan jenazah kemudian duduk-duduk bersama kru Muslimdaily di rumah salah satu kerabat ustad Mukhlas melihat sendiri kejadian itu dan menceritakan kepada kami.

Foto ini kami terima hari Ahad setelah ada seorang kerabat keluarga yang menghubungi kami dan memberitahukan kalau dia mempunyai foto kejadian tersebut kemudian mengirimkan ke redaksi Muslimdaily via e-mail. (Muslimdaily)