4/10/2008

a letter to my self

Assalamu’alaikum wr wb?

Udah pernah dapet surat cinta yang isinya kayak gini belum?
Kalau belum, ya udah disimak & ambil ibrahnya. Kalau udah,
mudah2an lebih terpatri di hati & manfaat ya.

Bismillahirrhmaanirrahiim…

Surat ini kutujukan untuk diriku sendiri serta saudara-
saudariku yang Insya Allah tetap mencintai Allah dan
rasul-Nya di atas segalanya, karena hanya
cinta itu yang dapat mengalahkan segalanya, cinta hakiki yang
membuat manusia melihat segalanya dari sudut pandang yang
berbeda, lebih bermakna
dan indah.

Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati saudara/i-ku yang
kerap kali terisi oleh cinta selain-Nya, yg mudah sekali
terlena oleh indahnya dunia, yang terkadang melakukan
segalanya bukan karena-Nya, lalu di ruang hatinya yang kelam
merasa senang jika dilihat dan dipuji orang, entah di mana
keikhlasan. Maka saat ini kurasakan kekecewaan dan kelelahan
karena yang kulakukan tidak sepenuhnya berlandaskan
keikhlasan, padahal Allah tidak pernah menanyakan hasil. Dia
akan melihat kesungguhan dalam berproses.

Surat ini kutujukan pula untuk jiwaku serta jiwa saudara/i-ku
yang mulai lelah menapaki jalan-Nya ketika seringkali
mengeluh, merasa terbebani bahkan terpaksa untuk menjalankan
tugas yang sangat mulia. Padahal tiada kesakitan, kelelahan,
serta kepayahan yang dirasakan oleh seorang hamba melainkan
Allah akan mengampuni dosa-dosanya.

Surat ini kutujukan untuk ruh-ku dan ruh saudara/i-ku yang
mulai terkikis oleh dunia yg menipu, serta membiarkan
fitrahnya tertutup oleh maksiat yang
dinikmati, lalu di manakah kejujuran diletakkan?? Dan kini
terabaikan sudah secara nurani yang bersih, saat ibadah
hanyalah rutinitas belaka, saat fisik dan pikiran disibukkan
oleh dunia, saat wajah menampakkan kebahagiaan yang semu, coba
lihat hatimu menangis, tertawa dan merana??

Surat ini kutujukan untuk diriku dan diri saudara/i-ku yang
sombong, yang terkadang bangga pada dirinya sendiri. Sungguh
tiada satupun yang membuat kita lebih dihadapan-Nya selain
ketakwaan. Padahal kita menyadari bahwa tiap-tiap jiwa akan
merasakan mati, namun kita masih bergulat terus dengan
kefanaan.

Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati saudara/i-ku yang
mulai mati, saat tiada getar ketika asma Allah disebut, saat
tiada sesal ketika kebaikan terlewatkan begitu saja, dan saat
tiada rasa dosa ketika menzhalimi diri dan saudaranya.

Akhirnya surat ini kutujukan untuk jiwa yang masih memiliki
cahaya meskipun sedikit, jangan biarkan cahaya itu padam. Maka
terus kumpulkan cahaya itu
hingga ia dapat menerangi wajah-wajah di sekeliling,
memberikan keindahan Islam yang sesungguhnya hanya dengan
kekuatan dari-Nya.

“Adakah hari-hari yang mungkin aku bisa lari dari maut,
hari yang ditentukan, dan yang tidak ditentukan.
Hari yang tidak ditetapkan,
akupun tak gentar dan hari yang ditentukan-pun
aku tak kuasa menghindarinya.
Ku katakan padanya, ia telah terbang bertabur bintang.
Dari para syuhada yang gugur yang tak kau pedulikan.
Maka sesungguhnya engkau walau meminta penundaan
meski sehari atas ajal yang ditetapkan padamu,
tentu ia takkan mau karena itu bersabarlah saat menghadapi kematian
karena mengharapkan keabadian adalah sesuatu yang mustahil.”

(Disenandungkan oleh Ali bin Abi Thalib kala mengahadapi
musuh-musuhnya).

NB : Semoga bisa membangkitkan iman yang sedang mati atau
‘jalan ditempat’, berdiam diri tanpa ada sesuatu amalan-pun
yang dapat dikerjakan. It works for me… and i hope same as you…

Kembalikan semangat itu saudaraku….. Ada Allah dan
orang-orang beriman yang selalu menemani di kala hati “lelah”.

“Ya.. Allah yang maha membolak-balikkan hati, tetapkan hati ini
pada agama-MU, pada taat kepada-Mu dan da’wah di jalan-Mu”

Ditulis dalam rangkaian mutiara pada 9: 41 am oleh Yasrif

Wallahu’alam bishowab

Tidak ada komentar: