4/12/2008

Sebatang pohon di dalam hati

















Tahun laksana sebatang pohon, bulan adalah rantingnya, hari adalah tangkainya, jam adalah daunnya, tarikan nafas adalah buahnya, barangsiapa tarikan nafasnya dalam ketaatan maka buah dari pohon itu adalah buah yang baik. Dan barangsiapa tarikan nafasnya dalam kemaksiatan maka buahnya pahit. Dan waktu panen adalah pada hari akhirat. Dan pada saat panen akan tampak jelas manis atau pahit buah yang dihasilkan

Ikhlas dan tauhid laksana sebatang pohon dalam hati. Tangkainya adalah amal, buahnya adalah kebaikan hidup di dunia dan kenikmatan abadi di akhirat, sebagaimana halnya buah-buahan surga tidak akan terputus dan tidak akan terhalang mengambilnya. Demikian pula buah dari tauhid dan ikhlas di dunia juga seperti itu.

Syirik, dusta dan riya’ ibarat sebatang pohon dalam hati, buahnya di dunia adalah rasa takut, risau, galau, sempit dada dan gelap hati. Buahnya di akhirat adalah zaqqum dan adzab yang kekal abadi.

Sesungguhnya merupakan buah keikhlasan yang sempurna bagi Allah semata adalah meninggalkan syahwat karena Allah. Dan apabila selamat dari adzab Allah dan beruntung mendapat rahmat-Nya merupakan anugerah Allah. Perbendaharaan kebaikan, kelezatan bersama Allah, kerinduan kepada-Nya, bergembira dan berbahagia dengan-Nya tidak akan didapat oleh hati yang di dalamnya terdapat sesuatu yang lain selain Allah. Jika anugerah Allah itu adalah ibadah, zuhud dan ilmu, maka Allah Ta'ala tidak suka menjadikan anugerah-Nya dalam hati yang di dalamnya terdapat sesuatu yang lain selain-Nya, dan keinginan-Nya selain terkait dengan selain Allah. Sesungguhnya Allah meletakkan anugerahnya tersebut dalam hati yang memandang sebuah kefakiran akan menjadi kaya bersama Allah, dan kekayaan akan menjadi fakir tanpa Allah. Kehormatan menjadi kehinaan tanpa-Nya dan kehinaan menjadi kemuliaan bersama-Nya. Kenikmatan menjadi azab tanpa-Nya dan adzab menjadi kenikmatan bersama-Nya.

(Ibnul Qayyim dalam kitab Al-Fawaaid)

Tidak ada komentar: